Minggu, 30 Agustus 2015

One Piece: Episode Special Sabo ( Versi Teks ) Part 3 ( END )


   Sabo terus berjalan di lorong itu, dan kembali mengenang masa lalunya. Waktu itu, mereka bertiga berada di pinggir rawa, mengincar seekor buaya untuk dijadikan sebagai makanan.
"Baik, ayo kita tangkap buaya itu!" ucap Ace.

"Aku suka daging buaya!!" Luffy sudah tak sabar, air liur menetes dari mulutnya.
"Kau tunggu saja di sini, kau tak bisa berenang jadi hanya akan menghalangi kami saja.."
"Daging buaya!!!" Luffy tak mendengar kata-kata Ace dan langsung terjun ke bawah.
"Kami bilang tunggu woi!!!" bentak Ace dan Sabo.
Akhirnya mereka berdua melompat turun. Ace menghantam buaya itu dengan pipa besinya.
Di sebuah kota, Kerajaan Goa, mereka bertiga saling gendong, lalu memakai jubah yang menutupi seluruh tubuh mereka, menyamar sebagai orang dewasa. Yah, karena saling gendong langkah mereka jadi sempoyongan, orang-orang disekitar pun memperhatikan.
"Syukurlah kulitnya itu dihargai mahal.. " ucap Sabo. "Kita jadi punya tambahan untuk simpanan bajak laut kita.."
Seorang polisi sempat memperhatikan mereka, namun mereka berusaha untuk biasa saja supaya tidak dicurigai.
"Aku lapar.." ucap Luffy yang berada di tengah-tengah.
"Ayo kita makan sesuatu.." ucap Sabo, yang berada paling bawah.
Mereka pun pergi ke sebuah kedai ramen, masih sambil menyamar. Pelayan membawakan mereka tiga mangkuk, lalu saat pelayan pergi mereka langsung memakannya dengan lahap.
Tak terasa beberapa mangkuk sudah mereka habiskan. Banyak sekali, lalu saat pelayan membawakan mangkuk berikutnya, Ace dan yang lainnya ketahuan.
"Itu kan!! Itu ketiga anak nakal itu!!!"
Mereka bertiga pun kabur lewat jendela.
Polisi di bawah kaget, "Itu kan tiga anak nakal!? Sejak kapan mereka masuk kemari!?" ia tak sadar. "Jangan biarkan mereka lolos, seseorang tangkap mereka!!"
"Sabo?" seorang bapak-bapak mengenali Sabo.
"Kau Sabo, kan? Kau masih hidup!?"
"Siapa orang itu?" tanya Ace.
"Dia pasti salah orang.." ucap Sabo.
Sabo langsung lari.
"Tunggu, Sabo!!" teriak orang tadi.
Mereka bertiga terus berlari.
"Dia memanggil namamu.." ucap Luffy.
"Tak boleh ada rahasia di antara kita.." ucap Ace.

   Setelah sampai di hutan, Sabo pun menceritakan yang sebenarnya pada mereka. Ace kaget, "Eeh!? Putra bangsawan??"
"Lelaki yang memanggilku tadi adalah ayahku.." ucap Sabo.
"Kalau kau memang keluarga bangsawan kenapa kau malah hidup di sini?"
"Orang-orang itu hanya mencintai status dan harta mereka, bukan aku. Maaf karena meski memiliki orangtua, aku malah bersama kalian berdua.."
Sabo tak suka dengan sifat orang tuanya. Mereka bahkan melarang Sabo untuk dekat-dekat dengan Gray Terminal. "Menjauhlah dari Gray Terminal, orang-orang yang tinggal di sana adalah sampah!"
"Para bangsawan memandang rendah Gray Terminal. Tapi itu lebih baik daripada terus hidup diatur-atur di tanah tinggi. Ace! Luffy! Suatu hari nanti kita akan pergi ke laut!! Ayo tinggalkan negeri ini dan hidup dengan bebas!!"
"Hehe.." Ace tertawa, lalu berjalan ke ujung tebing dan memandang ke arah lautan. "Kau tak perlu memberitahukannya, aku juga akan menjadi bajak laut dan mengalahkan para bajak laut lainnya!! Dan menjadi bajak laut paling terkenal di dunia!!"
"Itu akan menjadi bukti dari hidupku! Tak peduli meski seluruh orang di dunia menolak keberadaanku, aku akan menjadi bajak laut hebat dan menunjukkan pada mereka apa yang bisa kulakukan!!"
"Hehe.." Luffy lalu ikut berteriak di ujung tebing, "Aku mau menjadi..."
Buaghh!! hempasan ombak mengakhiri perkataan Luffy.
"Bodoh, sebenarnya kau mau bilang apa sih.." Ace penasaran.
"Hahaha, kau lucu sekali, Luffy, aku jadi tak sabar melihatmu di masa depan nanti.." ucap Sabo.
Akhirnya di hutan, di meja kayu itu, Ace menyiapkan tiga cawan sake.
"Apa kalian tahu? Kalau kita saling bersulang, maka kita akan menjadi saudara!"
"Saudara!? Benarkah!?" Luffy sangat bersemangat.
Ace menuangkan sebotol sake ke tiga cawan itu.
"Saat menjadi bajak laut nanti, mungkin kita tak akan berada di kapal yang sama. Tapi, ikatan saudara antara kita akan terus terjalin. Di mana pun kita berada, apa pun yang kita lakukan, kita akan selalu menjadi saudara! Jadi mulai sekarang.. Kita adalah saudara!"

   Sejak saat itu, mereka pun terus bersama-sama sebagai saudara. Pergi ke ladang sama-sama, memanen umbi raksasa sama-sama, dikejar kalajengking raksasa di ladang itu sama-sama...
Mereka juga tinggal bersama-sama di rumah Dadan, makan sama-sama, mandi sama-sama, pergi ke hutan menghajar binatang, pergi ke kota menghajar manusia..
Melewati berbagai musim bersama-sama, musim hujan, musim salju, sampai akhirnya mereka mendirikan sebuah bendera bajak laut di atas pohon. Bendera dengan logo ASL, Ace, Sabo, Luffy..
"Ace..." Sabo terus mengingatnya. Namun sekarang, Ace sudah pergi jauh.
Di pinggir Coloseum, "Wa-wakil Kapten!!!!" Bartolomeo melihat Zoro dari balik jendela.
"Heeh? Bicara apa kau ini, hah?" ucap Zoro.
"Kau itu Zoro-senpai, kan!? Tangan kanannya Luffy-senpai!!"
"Dari mana kau bisa tahu tentang Luffy dan namaku!?" jerit Zoro dari bawah.
Bartolomeo ada di belakang jendela di lantai atas, sementara Zoro ada di luar bersama Kinemon.
"Aguu... Adawahh.. Bansmu...." ucap Bhartolomeo sambil menangis.
"Berhentilah menangis!!"
"Kalau aku bisa membawa Luffy-senpai kemari, maukah kau memberiku tanda tangan?"
"Kau bisa memanggilkannya? Kalau begitu aku mengandalkanmu!" ucap Zoro.
"Tunggu sebentar!! Akan kubawa dia kemari meski harus mengorbankan hidupku!!" ucap Bartolomeo. Tak jauh darinya, diam-diam Sabo mengawasi. "Zoro si Pemburu Bajak Laut?"
Di jembatan yang menghubungkan Dressrosa dan Green Bit, saat ini Doflamingo dan Law sedang bertarung. Law menciptakan Room dan mengelilingi jembatan itu, sementara Doflamingo terus menyerang dengan benang-benangnya. Tiang-tiang dan jembatannya sampai terpotong-potong.
Kembali ke coloseum, Bartolomeo kini tampak lesu. Padahal tadi ia bersemangat sekali.
"Meskipun tadi aku sudah berjanji akan memanggilkannya, tapi Luffy-senpai pergi ke mana ya? Aku sudah mencarinya ke mana-mana, kalau begini aku tak akan bisa menemui Zoro-senpai.."
Pintu di depannya terbuka dan kebetulan sekali, yang muncul adalah Luffy.
"Lu-Luffy-senpai!!!" jerit Bartolomeo sambil meneteskan banyak sekali air mata.

   Di jembatan, Law terus berusaha untuk menyerang Doflamingo, namun orang itu terlalu cepat untuknya. Doflamingo balas menendang, tubuh Law terpental lalu ia menembakinya dengan peluru-peluru benang.
Doflamingo tertawa, "Apa yang akan kau lakukan sekarang, Law?"
Doflamingo berjalan perlahan menuju Law yang penuh luka.
"Dressrosa berada di sebelah sana.."
Kembali ke coloseum, akhirnya Bartolomeo berhasil membawa Luffy ke jendela tempat Zoro menunggu di bawahnya. "Zoro!! Kinemon!!"
"Luffy! Jangan berteriak, bodoh!!"
"Aku senang bisa bertemu kalian, si kepala ayam mengantarku kemari.." ucap Luffy.
"Ya, lalu ke mana dia pergi?" tanya Zoro.
"Dia pingsan saat dalam perjalanan kemari.."
Yah, Bartolomeo tak mampu menahan semangatnya sampai-sampai ia pingsan. "Oh iya, mau apa kalian memanggilku?"
"Bodoh!! Kenapa kau tidak memberitahuku kalau ada pertandingan seperti ini!?" ucap Zoro.
"Ah iya, maaf!!" ucap Luffy.
"Apa begini cara memakainya?" Kinemon mau menggunakan denden mushi.
"Apa yang akan kau lakukan?"
"Sanji-dono bilang padaku untuk menelpon saat kita bertemu dengan Luffy-dono."
"Oh begitu.." ucap Zoro. "Oh iya, Luffy, koloseum ini telah dikepung oleh Angkatan Laut.."
"Oh..."
"Kau tidak peduli!? Karena itulah kami datang kemari!!" ucap Kinemon.
Di laut, tak jauh dari Dressrosa, Sunny Go berlayar di sana. Sanji dan yang lainnya berada di atasnya. Den den mushi berbunyi..
"Oh, pasti dari Kinemon. Usopp, telepon Usopp dengan denden mushi yang satunya."
"Ya!!"
"Sanji? Ini aku!!" yang bicara adalah Luffy.
"Luffy!!"
"Ini Usopp!!" Usopp tersambung dengan denden mushi yang lain.
"Baik, jelaskan situasi kalian.." pinta Sanji.
"Ini aku, Franky! Aku bersama Usopp dan Robin!! Saat ini, kami bersama pasukan Riku, koalisi anti Doflamingo di negeri ini!!"
"Pasukan?"
"Pasukan mahluk-mahluk kecil.." ucap Franky. "Luffy, apa kau ingat dengan tentara mainan yang kita temui waktu itu?"
"Ya.."
"Ternyata, dia adalah pemimpin pasukan ini. Dan mereka semua berencana untuk menjatuhkan Doflamingo hari ini juga."
"Kelihatannya orang-orang di negeri ini memang bahagia, tapi sebenarnya ada kegelapan di balik itu semua."
Tak jauh dari Franky, si tentara sedang memaparkan rencananya pada para Tontantta. "Kalau kita bisa menjatuhkan Sugar si pemakan Hobi Hobi no Mi, semua mainan akan kembali ke wujud manusia mereka!"
"Keluarga para mainan itu, teman, orang-orang yang mereka cintai, semua itu sudah dirampas oleh Sugar! Jadi mereka pasti marah pada Doflamingo! Kalau kita bisa mengembalikan mereka kembali ke wujud manusia, mereka pasti akan membantu kita untuk mengalahkan Doflamingo!!"
"Ayo kita buat Sugar memakan permen pedas Tatabasco ini!! Ini adalah cabai terpedas di dunia, dia pasti akan pingsan setelah memakannya!!"
"Ya, kita akan menjatuhkan keluarga Doflamingo melalui operasi ini dan mengembalikan Dressrosa ke Raja Riku!!"
"Ya!!!" seru para Tontatta.
Kembali ke Franky, "Orang-orang kecil pemberani ini akan berjuang untuk menghadapi monster yang merupakan musuh mereka!!" Franky terharu. "Aku tak bisa berdiam diri saja. Luffy, apa pun yang kau katakan, aku akan bertarung bersama mereka!!"
"Franky, kau bebas melakukan apa saja!!" ucap Luffy, "Kami akan segera menyusul kalian ke sana!!"
"Aww!! Terima kasih!!" ucap Franky.
Blar Blar Blarr!! ledakan tiba-tiba saja terjadi di kota. Gedung-gedungnya terpotong, roboh.
"Apa yang terjadi!? Kotanya.."
"Mereka mendekat!!" ucap Zoro.
Jblarrr!!!! Doflamingo mendarat di sebelah coloseum, bersama dengan Law yang sudah tak rebah tak berdaya.
"Troa-San!! Doflamingo!!" jerit Luffy.
"Anak bodoh, kau sudah terlalu memaksakan dirimu.." ucap Doflamingo, lalu menodongnya dengan pistol.
Bang!! Bang!! Bang!! tiga tembakan Doflamingo benamkan ke tubuh Law.
"Tra-guy!!!!!" teriak Luffy.
"Mingo!!! Berani-beraninya kau menembak Trao!!!"
"Topi Jerami, ini bukan urusanmu.." ucap Doflamingo. "Law sebenarnya adalah anak buahku, jadi memberinya pelajaran adalah tanggung jawabku."
"Kin! Selamatkan Torao!!" Zoro berlari ke arah Doflamingo.
"Ya!!" Kinemon ke arah Law.
Zoro menebas, namun Fujitora menahannya.
"!!!!!" medan gravitasi yang sangat kuat lalu menarik tubuh Zoro. "Apa-apaan ini!?" kacamata Zoro sampai retak, dan tanah yang dipijaknya ambruk.
"Zoro-dono!!" teriak Kinemon. Tapi kemudian, Doflamingo menyerangnya.
"Zoro!! Kinemon!! Aku akan ke sana!!" Luffy mau keluar tapi jeruji yang menahan coloseum itu ternyata terbuat dari batu laut.
Zoro terus tertahan oleh gravitasi itu, namun ia masih mampu menebas dan melesatkan tebasan ke arah Fujitora.
"Admiral-dono!!" teriak para Angkatan Laut.
Zoro pun melompat keluar dari lubang itu.
"Haah.. Tak kusangka dia itu seorang admiral.." ucapnya.
"Admiral Angkatan Laut!?" Luffy juga tak menyangka.
"Hidup ini memang penuh dengan ironi.." ucap Fujitora.
Doflamingo mendekati tubuh Law, "Kau harus ikut ke istana bersamaku, Law.."
Doflamingo mengangkat tubuh Law dengan satu tangannya.
"Law-dono.." Kinemon tak bisa berbuat banyak.
"Tunggu!!" Zoro hendak mengejar namun pasukan Angkatan Laut menahannya.
"Cih.."
"Tangkap Roronoa Zoro!!"
Fujitora kini sudah menaiki bongkahan batu terbang dan menuju istana. Sementara Doflamingo, ia juga terbang dengan kemampuan benangnya. Mereka membawa pergi Law.
"Apa!?" Luffy kaget.
"Terbang?" ucap Zoro.
Bam Bam Bam!! Angkatan Laut menembaki Zoro, namun ia mampu menahannya dengan pedangnya. "Ayo lari!!"
Zoro dan Kinemon lalu pergi, namun sebelum itu Zoro mendekati jendela tempat Luffy berada, "Hei Luffy!! Cepat cari jalan keluar, kami akan menunggumu di sekitar sini!!"
"Aku mengerti!!" Luffy pun berlari menelusuri lorong untuk mencari jalan keluar. "Bagaimanapun caranya aku akan mendapatkan kembali Tra-guy!!"
"Lalu.. Aku akan mengalahkan Doflamingo!!"
Diam-diam, Sabo terus mengikutinya dari belakang.
"Tunggu aku, Tra-guy!! Aku akan menyusulmu ke sana!!" Luffy terus berlari. Meski sebenarnya, ia tak tahu mau mencari jalan keluar ke mana.
"Sial.. Jalan buntu lagi.." ucap Luffy.
"Ke mana jalan keluarnya!?"
Luffy terus berlari, sampai kemudian ia bertemu dengan Bartolomeo lagi. Bartolomeo saat itu sedang memapah tubuh Bellamy yang terluka.
"Oii kepala ayam, senang bertemu denganmu lagi!!" ucap Luffy.
"L-L-L-Luffy-senpai!!!" Bartolomeo langsung memalingkan wajah merahnya.
"Lu-Luffy-senpai, apa kau sudah bertemu dengan Z-Zoro-senpai??" Bartolomeo bertanya sambil membelakangi Luffy. Ia tak kuat kalau bertatapan muka langsung dengan idolanya itu.
"Ya, sudah, terima kasih ya!!"
"Ooh rasanya bahagia sekali.." ucap Bartolomeo dalam hati.
"Saat ini, aku sedang mencari jalan keluar!"
"Tapi Luffy-senpai, bagaimana dengan buah Mera Mera itu!?"
"Aku tak ingin orang lain mendapatkannya, tapi... Aku tak punya pilihan lain, kalau tidak pergi temanku akan mati!" ucap Luffy.
"Kalau begitu serahkan saja tugas ini padaku!! Aku akan memberikanmu kenang-kenangan dari Ace-sama itu!!" ucap Bartolomeo.
"Eeh!? Benarkah!??"
"Tentu saja!! Jadi kau tak perlu khawatir!!"
"Kalau begitu terima kasih!!"
Tak jauh dari sana, Sabo terus mengawasi mereka.
"Luffy... Ace... Waktu itu aku tak bisa berbuat apa-apa.."

   Sabo pun memutuskan untuk melakukannya sekarang. Ia keluar dari tempat persembunyiannya, melangkahkan kakinya menuju Luffy.
Sabo semakin mendekat. Luffy melihatnya, namun ia masih belum menyadarinya. Untuk sesaat, mereka semua hanya saling memandang saja. Kemudian Sabo berkata, "Mera Mera no Mi... Aku tak akan membiarkanmu mendapatkannya, Mugiwara no Luffy.."
"Siapa kau hah!? Berani-beraninya bicara begitu pada Luffy-senpai!?" bentak Bartolomeo.
"Dia itu adalah adik dari bajak laut legendaris Hiken no Ace!! Dan suatu hari nanti dialah yang akan menjadi Raja Bajak Laut, dasar bodoh!!"
"Aku sudah tahu itu dari dulu.." Sabo mendorong pelan tubuh Bartolomeo lalu berjalan mendekati Luffy.
Luffy bingung, "Kau sudah mengetahuinya dari dulu? Siapa kau sebenarnya?"
"Apa kau tidak mengingatku?"
"Aku tidak mengenalmu!! Kemarilah, aku akan menghajarmu!!" ucap Luffy.
"Mugiwara no Luffy, Hiken no Ace.."
"Buah Mera Mera adalah milik Ace!! Tak akan kubiarkan kau memilikinya!!" ucap Luffy.
"Kau memiliki satu saudara lagi kan.." ucap Sabo.
"Eh?"
Luffy langsung teringat dengan Sabo.
"Tapi dia sudah... Dia... Dia sudah..."
Luffy melihat lagi ke arah Sabo, dan perlahan ia mulai menyadarinya.
"Dia..."
Sabo membuka topinya, dan akhirnya Luffy sadar.
"K-Kau..."
Mata Luffy terbuka lebar, air mata mulai tergenang.
"Sudah lama sekali ya, Luffy..." ucap Sabo, kakaknya.
Luffy tak mampu lagi menahan haru. Perasaannya bercampur aduk.
Pada akhirnya, Luffy berhasil keluar dari tempat itu. Saat ini, ia berlari bersama Kinemon dan Zoro dengan memakai baju penyamaran.
"Huwaaaa!!!" sepanjang jalan Luffy terus menangis.
"Hei!! Kau sudah berhasil keluar, kenapa kau terus menangis!?" tanya Zoro.
Luffy terus menangis.
Plakk!! Zoro menggampar Luffy, "Berhenti menangis!! Kau ingin menyelamatkan Torao kan!?"
"Aku akan menyelamatkan Torao... Dan menghajar Mingo!!!" ucap Luffy sambil terus menangis. "Lagipula Buah Mera Mera sudah berada di tangan yang tepat!! Aku tak menyangka kalau dia masih hidup!!"
"Siapa yang kau bicarakan, hah!?"
"Waktu itu Dogura... Dogura bilang... Kupikir dia sudah mati waktu itu..." Luffy terus menangis.
Koala tampak sedang duduk di atas tumpukan anak buah Doflamingo yang telah ia kalahkan. Lalu, ia menghubungi Sabo.
"Kudengar Robin-san juga ada di negeri ini, aku harap bisa bertemu dengannya lagi setelah lama tak berjumpa." ucap Koala, "Aku juga senang kau bisa bertemu dengannya.."
"Ya... Kupikir dia akan memukulku..." ucap Sabo, sama seperti Luffy dia juga menangis.
"Eh? Kau menangis ya?" tanya Koala.
"Aku tidak menangis!!!!"
"Memangnya meski kau berada di sana waktu itu, apa kau pikir kau bisa mengubahnya? Tak ada yang bisa memastikannya, kan.."
"Ya.." ucap Sabo. "Hubungi aku lagi saat kau menemukan soal pelabuhan bawah tanah itu.."
Saat ini, Sabo sudah mengenakan pakaian L
ucy.
Sabo mengakhiri teleponnya. "Bagaimanapun caranya, aku akan mendapatkan Buah Mera Mera itu!!" ucapnya dalam hati. "Aku akan melanjutkan tekad Ace!!"
Di arena koloseum, pertandingan Blok D telah berakhir.
"Pe-Pertandingannya telah berakhir!! Dan peserta terakhir yang akan melaju ke babak final adalah... "
"Wuuuu!!!!" para penonton mengacungkan jempol mereka ke bawah.
"Sungguh tak diduga-duga!! Sang gladiator yang merupakan cucu dari Raja Riku, titik hitam dalam sejarah Dressrosa, Rebecca!!"
"Dia pasti curang!!!!" teriak penonton.
"Dasar kau curang!!!"
Mereka terus saja mencacimaki Rebecca. Sementara di sisi Luffy dan yang lainnya, mereka telah sampai di dekat lift menuju istana.
"Sekarang bagaimana cara kita untuk sampai ke istana?"
"Dengan menghajar para penjaga!!!" ucap Luffy.
Kemudian, sebelum Luffy membuat kekacauan, seorang perempuan mendekati mereka. Viola. "Mugiwara no Luffy, kan? Aku sudah menunggu kalian, akan kubantu kalian untuk masuk ke istana!"
"Kau siapa?"
"Aku Violet, sekarang cepatlah! Pasukan Raja Riku juga sudah mulai bergerak!"
Para Tontatta di bawah pimpinan si mainan tentara sudah bergerak melalui terowongan bawah tanah. "Kita akan menyusup melalui jalan bawah tanah untuk menuju daerah musuh!!"
Di koloseum...
"Sebentar lagi pertandingan final akan dimulai!! Arena khusus telah disiapkan untuk menjadikannya semakin menantang!!"
Koala berlari, dan akhirnya ia bisa sampai di tempat untuk menonton tepat waktu. "Syukurlah.." ucapnya.
Di dalam ruang tunggu, "Lucy, aku lolos!!" Rebecca melambai-lambaikan tanganny ke arah Lucy. "Eh?" Rebecca kaget, ia sadar kalau Lucy yang di depannya saat ini bukan Lucy yang sebelumnya.
"Kau Rebecca, kan? Aku sudah mengetahui latar belakangmu.." ucap Lucy, Sabo.
"Mungkin nanti akan sedikit kacau, tapi aku akan melindungimu." ucap Sabo lagi kemudian ia pergi.
"Dari luar, kota ini kelihatan bahagia, namun di dalamnya terdapat sisi gelap, mirip dengan kota tempat kami tumbuh dulu..." pikirnya.
Dulu, waktu masih anak-anak, Sabo pernah ditangkap oleh Blue jam. Luffy dan Ace ingin menolongnya namun jumlah musuh terlalu banyak. Ace dan Lucy dihajar.
"Ace!!" ucap Luffy.
"Aku... Baik-baik saja..."
"Kembalikan Sabo pada kami, Bluejam!!" teriak Luffy.
"Kau bilang kembalikan?" ucap ayah Sabo, yang merupakan dalang di balik aksi itu. "Sabo adalah putraku!! Berani-beraninya kalian membawanya kabur!!"
"Tak ada yang membawaku!! Aku lari atas kemauanku sendiri!!" bentak Sabo, yang masih berada di cengkraman tangan Bluejam.
"kau jangan ikut campur.." ucap ayahnya. "Kuserahkan sisanya pada kalian, para bajak laut.."
"Baik, tuan.."
"Kami akan mengurus dua anak ini, jadi mereka tak akan mengganggu putra anda lagi." ucap Bluejam. Ia sudah berisap denga pedang untuk membunuh Ace da Sabo.
"T-Tunggu sebentar, Bluejam!!" ucap Sabo. "Ayah, sudah cukup!! Aku mengerti!!"
"Mengerti apa?"
"Jangan, Sabo!!" teriak Ace.
"Aku akan hidup seperti yang kau mau, jadi tolong jangan sakiti mereka! Kumohon.." ucap Sabo.
"Mereka sangat berharga bagiku, mereka adalah saudaraku!"
"Sabo..."
"Kalau begitu ayo kita pulang, Sabo.." ucap ayahnya.
Sabo pun mau menurut dan mengikutinya.
"Hei, jangan pergi!!" teriak Ace.
"Larilah!! Kau tak perlu menghawatirkan kami!!"
Sabo juga sebenarnya tak mau melakukannya, namun itu semua demi keselamatan mereka berdua. Sabo menangis.
"Kau bilang kau ingin hidup bebas bersama kami, kan!!" teriak Ace.
Sabo terus berjalan seperti yang diminta oleh ayahnya. Ayah Sabo tertawa.
"Sabo!!" Ace terus berteriak, "Apa kau mau melupakan mimpimu begitu saja? Sabo!!"
"Sabo!!!"


Sabo kecil kembali ke rumah mewahnya, di kota tempat para bangsawan hidup dengan sangat makmur.
Di rumahnya, ibu Sabo sudah menunggu. "Oh Sabo, kau sudah pulang ya, kau sudah makin besar ya sekarang.." ucapnya, lalu tertawa. "Oh iya, Stelly, bilang Hai pada kakakmu.."
Ibu Sabo mengajak anak kecil lain di sebelahnya, adik Sabo.
"Senang bertemu denganmu, Kakak! Namaku Stelly, usiaku 8 tahun!" ucap anak itu sambil tersenyum.
"Siapa dia?" Sabo tak mengenal anak itu.
"Kami mengadopsinya, untuk jaga-jaga kalau kau mengecewakan kami.." ucap ayah Sabo. "Jadi sekarang, dia adalah adikmu, seorang adik yang pintar..."
Di depan kedua orangtuanya, Stelly terus memasang senyum untuk Sabo. Namun saat hanya berdua, ekspresinya berubah.
"Kau beruntung sekali.." ucap Stelly, "Besok malam sampah-sampah itu akan dibakar habis, kalau kau tidak kemari pasti kau akan mati.."
"Apa maksudmu?" tanya Sabo.
"Mereka akan membakar Gray Terminal.."
"Apa!?" Sabo kaget dan langsung mencengkram leher baju Stelly.
"Me-Mereka sudah memutuskannya berbulan-bulan yang lalu..." ucap Stelly. "Kelompok pengawas dari Pemerintah Dunia akan tiba di Kerajaan Goa tiga hari setelahnya, dan di kapal mereka juga akan ada bangsawan dunia, Tenryuubitou.. Jadi demi kenyamanan mereka, diputuskan kalau bagian menjijikkan dari negeri ini harus dimusnahkan..."
"Ada banyak orang yang hidup di sana...!!" ucap Sabo. "Bagaimana bisa mereka mem.."
"Kubilang mereka akan memusnahkan semua bagian menjijikkan dari negeri ini..."
"!!!" Sabo sadar dan makin syok, "Jadi mereka memang berniat untuk... orang-orang di sana juga..."
Tanpa berpikir panjang lagi Sabo langsung mengenakan perlengkapannya dan melompat keluar dari jendela.
"Hei!!" teriak Stelly.
"Yah, ini bukan salahku.."
Saat ini di Gray Terminal, kobaran api telah melalap benda-benda yang ada di sana. Orang-orang panik, berusaha untuk menyelamatkan diri.
"Lari!!! Apinya terus menyebar!!!"
"Tak bisa!! Apinya ada di mana-mana!!"
"Kita tak punya tempat untuk berlindung!!"
"Tolong!!!"
Sabo sampai di gerbang menuju Gray Terminal, namun gerbang itu ditutup dan dijaga beberapa petugas.
"Harus menyelamatkan Ace... Luffy..." Sabo kelelahan, beberapa kali petugas itu menghajarnya.
"Anak itu masih tetap keras kepala?" ucap petugas.
"Kumohon!! Saudaraku ada di sana!! Izinkan aku lewat!!" pinta Sabo, namun para petugas itu justru kembali menendangnya. Sabo terjatuh, kepalanya terluka.
Di dalam rumah para bangsawan, mereka tertawa saja, melihat kobaran api yang menyala dengan sangat hebat di luar sana.
"Setelah ini, negeri kita akan jadi bersih.."
Sementara orang-orang Gray Terminal sibuk mencari tempat untuk menyelamatkan diri, mereka asyik minum-minum dan bersulang. Lalu Sabo, ia masih terkapar di jalanan.
"Ace... Luffy..."
Seorang lelaki kemudian menghampirinya dan bertanya, "Apa yang terjadi padamu, Nak?"
Orang itu adalah Dragon.
"Pak..." Sabo meraih jubah Dragon dan berusaha untuk bicara padanya. "Orang-orang kerajaan dan para bangsawan... Mereka... merekalah dalang dibalik pembakaran itu... Percayalah padaku.."
"Kota ini baunya lebih menjijikkan dari Gray Terminal.." ucap Sabo lagi. Ia terluka, untuk bicara pun sebenarnya susah, namun ia terus memaksakan dirinya.
"Orang-orangnya busuk... Kalau terus berada di sini, aku tak akan pernah bebas! Aku.. Aku merasa malu terlahir di kalangan bangsawan!!"
Mungkin itu pertama kalinya ia mendengar seorang anak yang malah kecewa terlahir di kalangan bangsawan, keluarga yang hidupnya serba berkecukupan dan penuh kemewahan.
Dragon kaget. "Akhirnya seorang anak dari Kerajaan Goa mengatakannya, anak ini.." pikirnya.
Pada akhirnya, pembakaran berakhir, petugas membuang sisa-sisa dari insiden di Gray Terminal dan Sabo... Saat ini ia sudah berada di rumahnya kembali.
"Berapa kali pun kau mencoba untuk lari, kau tak akan bisa kabur, Sabo!" ucap ayahnya lalu pergi meninggalkan kamar Sabo dalam keadaan terkunci.
Sabo kini hanya melamun di mejanya.
"Ace... Luffy... Kalian baik-baik saja, kan? Kuharap aku bisa melihat kalian lagi.." ucapnya dalam hati. "Tempat ini seperti sangkar..."
Bahkan jendela kamar itu pun dipasangi kayu sebagai pagar tambahan.
"Kurasa aku tak bisa hidup di negeri ini lagi, yang dipenuhi oleh udara dan orang-orang yang busuk.."
"Apa itu kebebasan? Di mana aku bisa menemukannya?"
Tak terasa, tibalah hari datangnya bangsawan dunia. Para warga, para bangsawan sudah bersiap di pelabuhan untuk menyambut mereka.
"Eh?" salah seorang warga kaget, "Kenapa ada kapal yang meninggalkan pelabuhan di waktu seperti ini?"
Dogura, anak buah Dadan, yang juga ikut di antara keramaian kemudian menggunakan teropong dan, "Ada anak kecil di atas sana!"
Ternyata itu Sabo, dengan kapal kecil yang di atasnya terdapat bendera bajak laut dengan logo S.
"Hari ini cerah sekali, sempurna untuk melakukan pelayaran!!" ucap Sabo.
"Oh tidak!!" ucap warga, "Itu milikku!! Seseorang mencuri kapal ikan milikku!!"
"Mungkinkah anak itu... Sabo?" ucap Dogura.
Kemudian tepat di hadapan kapal kecil Sabo, kapal besar Pemerintah Dunia muncul.
"Kapal Pemerintah Dunia sudah tiba!!"
"Besar sekali..." ucap Sabo. "Kalau dekat-dekat bisa-bisa hempasan airnya menenggelamkan kapalku, aku menjauh dan lewati saja.."
Sabo meminggirkan kapalnya namun salah seorang Tenryuubitou yang ada di atas kapal itu malah menembak kapalnya.
"!!!" para warga yang melihatnya dari kejauhan kaget.
"Sabo!!!" teriak Dogura.
Di atas kapal Pemerintah Dunia, "Tuan, ada anak kecil di atas kapal itu.."
"Kalau ia mengibarkan bendera hitam, berarti dia bajak laut, tak peduli mau anak-anak atau orang tua. Dan yang terpenting, orang biasa tak seharusnya menghalangi kapalku.."
Kapal Sabo terbakar, "Sial!!" ia mencoba untuk memadamkan apinya dengan menghempas-hempaskan jaketnya. Tapi percuma saja, mustahil ia bisa memadamkannya, apinya terlalu besar.
"Kenapa mereka menembakku!?" Sabo tak habis pikir.
Jbammm!!!! tembakan kembali di arahkan ke kapal Sabo dan kini kapalnya benar-benar terbakar hancur.
Kapal Sabo tenggelam, topinya terlempar, dan kelihatannya mustahil ada yang bisa selamat dari insiden itu. Dogura pun memberitahukannya pada Luffy dan Ace. Dan mendengar kabar itu, Luffy hanya bisa terdiam syok. Ace juga syok.
"Sabo..."
Dogura menundukkan kepalanya.
"Jangan berbohong kau sialan!!!!" Ace mendorong tubuh Dogura, mencekik lehernya lalu bersiap untuk memukul, "Jangan bercanda seperti itu!!!"
"A-Aku tidak berbohong atau bercanda!! Kejadiannya tiba-tiba sekali..."
Luffy menangis.
"Di mana orang yang sudah membunuh Sabo!? Aku akan menghabisinya sekarang juga!!!"
"Berhenti kau bocah berandal!!!" Dadan langsung menghempaskan kepala Ace ke lantai.
"Sabo dibunuh oleh negeri ini!! Dunia ini!!" ucap Dadan. "Apa yang bisa kau lakukan!?"
"Lepaskan aku!!!" Ace meronta, sementara Luffy terus-terusan menangis.
Beberapa hari setelahnya, sebuah surat sampai di rumah Dadan. Surat dari Sabo, yang sepertinya ia tulis sebelum pergi dan mengalami insiden itu.
Ace langsung mengambil surat itu dan membacanya.
"Ace, Luffy, saat kalian menerima surat ini, aku sudah pergi ke laut. Banyak hal yang terjadi, dan aku memutuskan untuk pergi ke laut duluan sebelum kalian."
"Aku akan menjadi lebih kuat dan menjadi seorang bajak laut! Kita bertiga akan menjadi bajak laut paling bebas! Lalu, ayo kita bertemu lagi suatu hari nanti! Di suatu tempat di lautan yang begitu luas! Pasti, suatu hari nanti!"
   "Oh iya, Ace, ngomong-ngomong di antara kita berdua, siapa yang kakak? Dua kakak dan satu adik, aneh sekali, tapi aku akan tetap menganggap persaudaraan kita ini sebagai hartaku yang paling berharga."
"Saat ini, Luffy masih anak kecil cengeng, tapi tetap dia itu adalah adik kita, jadi jaga dia baik-baik.."
Membaca surat itu di ujung tebing, begitu banyak air mata mengalir keluar dari mata Ace.

   Di ujung tebing itu, Ace sedang bersama dengan Luffy. Luffy membenamkan wajahnya di atas rerumputan, sementara Ace menatap jauh ke arah lautan.
"Berapa lama lagi kau akan berbaring terus?" tanya Ace.
"Ace... Aku mau... Jadi lebih... Lebih kuat lagi.." ucap Luffy, masih sambil membenamkan wajahnya di atas rumput. Sepertinya anak itu masih menangisi kepergian Sabo.
"Aku mau jadi lebih kuat lagi.. Jadi aku bisa melindungi semuanya atau siapa pun! Aku tak mau kehilangan seseorang lagi! Dan kumohon padamu Ace.. Jangan pernah mati!"
Ace langsung menggeplak kepala Luffy, "Sudah cukup jangan menangis lagi!!"
"Dengar baik-baik, Luffy, aku berjanji kalau aku tak akan pernah mati!" ucap Ace. "Bagaimana mungkin aku meninggalkan adik yang cengeng sepertimu?"
Luffy bangun dan mengangguk, ia masih menangis, topi jeraminya ia gunakan untuk menutupi wajahnya.
"Luffy, kita harus hidup tanpa meninggalkan penyesalan, suatu hari nanti kita akan pergi ke laut dan hidup seperti yang kita inginkan. Lebih bebas dari siapa pun."
Ace berjanji untuk tidak pernah mati, sebuah janji yang pada akhirnya tak bisa ia tepati.
Sabo berjalan menelusuri lorong menuju arena final.
"Akhirnya!! Pertandingan final Koloseum Corrida akan segera dimulai!! Para peserta akan memasuki arena, siapakah yang akan muncul duluan!?"
"Uwoooooo!!!!" para penonton bersorak.
"Ternyata dia!!!" Gatz menyambut kemunculan Lucy.
"Orang yang tiba-tiba menjadi terkenal di C
oloseum ini, favorit kita semua, Lucy!!!"
"Lihatlah aku, Ace!!" ucap Sabo dalam hati.
Kemudian, tiga peserta lainnya pun telah tiba. Kini, mereka berempat, empat peserta yang lolos dari babak pertama sudah sampai di tengah-tengah arena.
"Mereka semua telah berkumpul!! Lalu, yang akan menjadi lawan mereka, bersama-sama Donquixote Doflamingo, ia ikut menyelamatkan negeri ini!! Dia juga merupakan salah satu eksekutif tertinggi, dialah Mr.Diamante!!!"
"Pemenang pertandingan ini akan mendapatkan Buah Setan logia!! Tipe yang paling kuat!! Mera Mera no Mi!!!"
"Aturan dari pertandingan ini adalah..."
"Jangan dimulai dulu!!!!" mantan peserta Blok D tiba-tiba saja berlari menuju arena, "Ulang pertandingan Blok D!! Tak mungkin kami kalah dari gadis kecil seperti dia!!"
Peserta tak terima mereka kalah dari Rebecca.
Mereka ingin menyerang Rebecca, namun Diamante menghalanginya. "Jangan mengacaukan pertandinganku.." ucapnya.
Diamante menyiapkan pedangnya untuk bertarung. "Aku adalah pemakan Hira Hira no Mi, seorang manusia bendera!!"
"Lock!!" Diamante membentuk kepala banteng dengan pedangnya, lalu meninju mereka semua, "Corrida Glove!!!"
Orang-orang itu pun terlempar, dan saat darah mereka menetes ke kolam di pinggir arena, ikan petarung berwarna merah muncul.
"A-Apa!? Ikannya terbang!?"
Sisa-sisa orang yang masih berdiri di pinggir arena kaget saat melihat ikan itu melompat dan menghantam mereka.
"Apa kalian sudah melihat bagaimana ikan tadi menyerang!?" teriak Diamante sambil memegang sebuah microphone. "Ikan petarung paling mematikan dari sekolah yang berbeda akan mencoba untuk menyerang peserta yang berada di arena!! Dan salah satu dari mereka membawa Mera Mera no Mi di punggungnya!!"
"Peraturannya sederhana!! Orang yang mendapatkannya dan tetap berada di arena ini akan menjadi juaranya!!!"
"Uwooooooo!!!!"
"Begitu ya..." ucap Lucy.
"Hehahaha!! Kedengarannya menyenangkan!!" ucap Burgess.
"Kau tak boleh mendapatkan Mera Mera no Mi!!!" ucap Bartolomeo.
"Yosh!! Pertandingan akan segera dimulai!!" ucap Gatz, "Pertandingan untuk memperebutkan Buah Setan!! Pertarungan mati-matian yang melibatkan ikan petarung!!"
Kemudian bell yang merupakan tanda pertandingan dimulai pun dibunyikan.
"Sudah lama aku tak melakukan hal seperti ini, aku jadi bersemangat.." ucap Lucy.
Para peserta bersiap. Ikan petarung Nomor 1 yang membawa buah itu melompat ke permukaan, Sabo hendak menjangkaunya namun Diamante menghalanginya.
Diamante melawan Sabo dengan serangan dari pedang benderanya, Sabo melawan dengan pipanya dan adu pedang yang sengit terjadi. Akhirnya sampai ikan itu kembali masuk ke air, Sabo belum mampu melewati Diamante.
Sabo diserang, kemudian balas menyerang. Lalu di saat mereka bertarung, seekor ikan petarung lain melompat dan menghantam arena.
Sabo terlempar ke belakang, hampir tercebur sampai-sampai harus melompat ke arena di belakang. "Hah, tadi itu hampir saja.."
Ikan-ikan petarung bermunculan, beberapa menyerang Rebecca namun gadis itu mampu menghindarinya. Lalu ikan yang menyerang Bhartolomeo, dengan mudah ia menahannya menggunakan barrier, "Barrier!!"
Begitu banyak ikan pertarung seolah beterbangan di atas arena, dan di antara mereka, muncul si ikan merah yang membawa peti berisi Mera Mera no Mi. Sabo langsung melompat ke arahnya, tapi kemudian Burgess menarik kakinya dan mendahuluinya melompat ke atas punggung ikan itu.
Sabo terlempar, namun ia berhasil mendarat di atas ikan petarung yang berada di bawahnya, lalu melompat tinggi ke atas sana dan menyerang Burgess. Kini Sabo yang berada di atas punggung ikan Nomor 1 itu. Tapi saat akan mengambil buahnya, ikannya keburu masuk kembali ke air. Terpaksa Sabo pun kembali melompat ke arena.
"Arena ini menyebalkan sekali ya.." ucapnya. "Aku jadi makin bersemangat!!"
Di sisi Luffy, saat ini kelompoknya dan Viola sudah sampai tak jauh dari gerbang menuju istana.
"Apa itu gerbangnya?" tanya Luffy.
"Sstt! Jangan sampai penjaga melihatmu.." ucap Viola.
"Gomu Gomu no..." Luffy tak peduli dan malah langsung menghantam gerbang beserta penjaganya, "Giganto Pistol!!!!"
"Apa yang dia lakukan!?" jerit Kinemon dan Zoro.
"Ayo kita maju!!!" ucap Luffy.Di tempat Doflamingo, anak buahnya melapor lewat denden mushi, "Lapor!! Di gerbang menuju istana!! Seseorang menerobos masuk, Mugiwara no Luffy!!!"
"Eh?" Doflamingo kaget, padahal jelas-jelas saat ini ia masih menyaksikan pertandingan Lucy di koloseum.
Luffy dan Zoro sudah tak memakai pakaian penyamaran lagi, bersama Viola mereka terus menerobos para penjaga. "Menyingkir dari jalanku!!"
"Tidak salah lagi!! orang itu adalah si Topi Jerami!!!" lapor penjaga.
Doflamingo makin bingung.
Doflamingo lalu marah, "Kalau begitu siapa yang ada di koloseum!? Apa yang sebenarnya terjadi!?"
"Kali ini ikannya mengincar Burgess!!!" seru Gatz dari arena.
"Shockwave... Elbow!!!!"
Burgess menyiku ikan yang hendak menyerangnya sampai ikannya terlempar ke kursi penonton. Karena itu juga, koloseumnya jadi berguncang.
"I-Itu dia!! Shockwave Elbow Burgess!!!" teriak Gatz. "Serangannya sampai menciptakan lubang besar di kursi penonton!! Dialah Jesus Burgess!! Salah satu dari sepuluh kapten Bajak Laut Yonkou Kurohige!!!"
"Sialan kau!! Jangan melibatkan penonton!!" teriak para penonton. Untungnya merka buru-buru menyelamatkan diri sebelum terkena hantaman ikan.
"Hehahaha!!!" Burgess hanya tertawa.
"Oh, itu dia!! Ikan yang membawa Mera Mera no Mi kembali muncul!!!"
"Ikannya menuju ke arah... Rebecca!!!!"
"Yosh, paling tidak akan kupotong rantainya!!" Rebecca melompat dan hendak memotong rantai yang mengikat peti itu, namun ikan itu malah menghempaskannya, Rebecca terjatuh.
Sabo kemudian melompat dan meraih sirip ikan itu.
"Tak akan kubiarkan kau mendapatkannya, Topi Jerami!!!" Diamante ikut melomat. Namun saat ia menebas, kali ini pedangnya dipatahkan oleh pipa Sabo.
"!!!"
"Hehaha!! Akan kujatuhkan kau bersama ikan itu!!!" Burgess kembali menyiapkan jurusnya.
"Lari!!!" jerit penonton.
"Dia akan melakukannya lagi!!!!"
Bhartolomeo kaget saat melihat Rebecca sudah berdiri di belakangnya, "Pintar sekali kau langsung berdiri di belakangku!!"
"Lucy tak punya waktu untuk menghindarinya!!"
"Dia tak akan kabur kan? Lucy!"
Burgess terus bersiap, "Shockwave..."
Sabo pun ikut bersiap, ia melapisi tangannya dengan haki, "Cakar Naga!!"
"Elbow!!!" Burgess melancarkan serangan dahsyat seperti yang tadi, Sabo melompat lalu menahannya dengan tangannya yang bagai cakar naga.
Kekuatan mereka saling beradu, sampai akhirnya armor yang melapisi tangan kanan Burgess ia buat retak dan hancur berkeping-keping.
"Uwoooooo!!!" teriak penonton.
"Armor Burgess sampai hancur berkeping-keping!!!" teriak Gatz.
"Masih pada belum menyerah, kan?" ucap Sabo.
Di sisi Luffy, ia terus berlari menelusuri lorong istana, bersama Zoro dan Viola.
"Kenama Kinemon pergi!?"
"Dia menuju tempat yang disebut Rumah Mainan!!"
"Begitu ya!!"
Sesosok raksasa lalu muncul dari dinding dan menghalangi jalan mereka.
"Whoaaaa.... A-apa...!!!" Luffy kaget.
"Pika!!"
"Berhati-hatilah, dia salah satu eksekutif tinggi keluarga Doflamingo!!!" ucap Viola.
Pika memukul dengan tangan batunya tapi kemudian Zoro langsung memotongnya. "Luffy, kau pergilah bersamanya, biar aku yang memotong manusia batu ini!!"
Di arena, Rebecca menghadapi Diamante. Namun, gadis itu bukan tandingannya...
"Rebecca tak berdaya!!!" ucap Gatz.
Rebecca terjatuh, serangan Diamante berhasil mengenainya.
"Oh tidak!" ucap Lucy, "Hei, Musclemelon!!"
"Namaku Bhartolomeo!!"
"Kau lindungilah gadis itu!!"
"Eeh!?"
Di sisi Luffy, kali ini ia dicegat oleh Gladius.
"Aku adalah pemakan Pamu Pamu no Mi, aku bisa meledakkan diriku sendiri dan juga benda mati!!" saat itu Gladius mencengkram leher si tentara mainan, dan perlahan kepalanya mulai membengkak. "Hancurlah kau berkeping-keping!!"
"Jet Stamp!!!!!!!!" Luffy langsung menendang Gladius dan menyelamatkan si boneka tentara.
"Boneka tentara, di mana Franky dan yang lainnya!?" tanya Luffy.
"Aku kemari untuk menjatuhkan Doflamingo!!!"
"Topi Jerami, kita harus cepat!!" ucap Viola.
"Violet... Sialan kau...!!" Gladius marah.
"Ayo cepat menuju lantai 2!!" Viola dan Luffy berlari, sambil membawa boneka tentara itu.
"Berani-beraninya kau menghianati tuan muda!!!!" Gladius meledakkan penutup kepalanya, "Helmet Pop!!!" rambut-rambutnya yang tajam bagai duri langsung menyebar bagai lesatan peluru dan menggores tubuh Viola.
"Oh tidak!!" Luffy merangkul tubuh Viola lalu mengajaknya menerobos jendela, "Lantai 2, kan!?"
Luffy naik ke lantai dua lewat jalan pintas, memanjangkan tangannya ke atas lalu dengan cepat menghilang dari pandangan Gladius. "Ke mana mereka pergi!?"
Di coloseum, pertarungan antara Sabo dan Burgess terus berlanjut, dan serangan demi serangan yang mereka lancarkan membuat kondisi arena menjadi makin parah.
"Sepertinya arena ini tak akan bisa bertahan lebih lama lagi!" ucap petugas.
Lalu di sisi Luffy, ia melesat dan langsung sampai di lantai tempat Doflamingo dan Law berada. Luffy sampai di pinggir jendela, dan saat ini hanya bisa mengawasi mereka dari sana.
Yah, sebenarnya Luffy maunya langsung masuk.
"Hei, kenapa kita harus bersembunyi begini!? Mingo ada di sana!!"
"Stt!!" ucap Viola.
"Ada apa? Kelihatannya wajahmu pucat?"
"Orang-orang Tontatta... Mereka dikalahkan oleh Trevol, eksekutif tertinggi keluarga Doflamingo!!"
"Apa!?" boneka tentara kaget.
"Harusnya temanku bersama dengan mereka.." ucap Luffy.
"Dia ada di sana, orang dengan hidung panjang, tapi Sugar akan..."
"Selama dia ada di sana pasti akan baik-baik saja.. Aku yakin Usopp pasti akan bisa mengurusnya!" Luffy yakin dengan temannya.
Tapi saat ini Usopp bahkan sudah tak sadarkan diri lagi, dan Sugar hendak memasukkan permen super pedas itu ke mulutnya. "Kalian ingin sekali aku memakan anggor beracun ini, bagaimana kalau kuberikan pada dia saja.."
"Oh tidak, Jangan lakukan itu, Sugar!!!" para Tontatta yang sudah pada terluka sampai menangis.
"Permen Tatabasco... Satu-satunya harapan kita..."
"Makan dan matilah..." Sugar memasukkan permen itu, Usopp menelannya dan..
"GYAAAAAAAAAA!!!!!!!" Usopp menjerit kepedasan, mata dan lidahnya sampai menjulur jauh ke luar. Dan melihat itu, Sugar malah ikut-ikutan kaget, "Kyaaa!!!!"
Dan akhirnya mereka berdua sama-sama pingsan.
"S-Sugar...!!"
Bersamaan dengan pingsannya Sugar, para boneka kembali berubah.
"Ma-Maafkan aku, Doffy!!!" Trebol melapor.
"Trebol?"
"Sugar telah pingsan!!"
"Apa!? Ini pasti bercanda, kan!?"
Para boneka yang ada di coloseum, semuanya berubah ke wujud mereka kembali, kebanyakan manusia, tapi ternyata ada juga binatang. "Ooh!!! Ada apa ini!? Para boneka tiba-tiba saja berubah menjadi manusia!!!"
Boneka-boneka yang menjadi budak di bawah tanah juga berubah kembali menjadi manusia. Lalu dengan tubuh asli mereka, mereka pun bisa menghajar penjaga yang selama ini menyiksa mereka.
Para boneka kembali ke wujud mereka yang semula, Dressrosa jadi kacau.
Orang-orang itu lalu bergerombol dan bergerak menuju istana, "Kurang ajar kau Doflamingo!!"
"Berani-beraninya selama ini kau membodoh-bodohi kami!!!"
"Bagaimana bisa kau menyebut dirimu seorang raja!!!??"
Di dalam istana, Doflamingo tampak marah. "Sepuluh tahun... Selama sepuluh tahun kami sudah bekerja keras untuk membentuk ini!!"
Di tempat Luffy, "Ke mana tentara itu pergi!?"
"Itu dia!!" Viola melihat ke arah lelaki yang sudah melesat di depan, "Kyros-nii sama!!"
"Siapa dia?" Luffy tak tahu.
"Dia adalah mantan komandan pasukan Raja Riku, Kyros! Gladiator terkuat dalam sejarah Coloseum!!"
"Jadi dia, yang di patung waktu itu!?"
"Dia juga merupakan ayah kandung Rebecca!!"
"Eh!?"
Sambil membawa sebilah pedang Kyros melesat ke arah Doflamingo, "Aku kemari untuk mengambil kembali Dressrosa!!"
"Ayo susul dia!!" Luffy menggendong Viola dan ikut ke sana.
"Kurang ajar kalian...!!!" Doflamingo makin marah.
Tak hanya di kota, di istana, kekacauan juga terjadi di kursi penonton koloseum. Seekor gorila raksasa mengamuk.
"Bahkan aku sendiri tak bisa menjelaskan situasi saat ini!!" ucap Gatz.
Di atas arena, Rebecca menangis.
"Hei! Sampai kapan kau mau menangis terus!? Aku bukan pengasuhmu!!"
"Bukan begitu!" ucap Rebecca. "Aku punya seorang ayah... Aku baru saja mengingatnya..."
"Kurasa itulah yang selama ini menyelimuti negeri ini, Rebecca.." ucap Lucy.
"Lucy..."
"Tiap benda pasti memiliki inti, dan kalau kau bisa menyerangnya, kau bisa membalikan kondisi seperti apa pun. Arena juga memilikinya, sebuah inti pusat..."
Sabo melapisi kedua tangannya dengan haki lalu menghantam arenanya.
"Ayo kita selesaikan pertandingan ini!!"
"Ryusoken... Ryu no Ibuki!!!!!!!!"
Krtaaaakkk Jblarrrr!!!!!
Arena coloseum langsung retak dan hancur remuk berantakan.
"Serangan tak terduga dari Lucy!!! Arenya hancur dan tenggelam!!!!" jerit Gatz.
Hanya tinggal tempat berpijak Sabo yang masih tersisa.
"Kau!!! Apa yang kau lakukan!?"
Burgess dan Diamante perlahan ikut tenggelam.
"Aku buru-buru, jadi akan kumenangkan pertandingan ini!!" ucap Sabo.
"Arenanya benar-benar hancur!! Semuanya, harap segara berlari ke tempat yang aman!!" teriak Gatz.
Bhartolomeo berpegangan, dan Rebecca berpegangan di leher Bhartolomeo.
"Ja-Jangan mencekik leherku....!!!" Bhartolomeo sampai sulit bicara.
"Kekuatanku... Menghilang..." Diamante tenggelam.
Para ikan petarung melompat-lompat keluar, termasuk yang membawa peti itu.
"Ketemu!!" Sabo pun langsung melompat ke sana.
"Berhenti!!!!" jerit Diamante, yang susah payah berpegangan di sisa-sisa reruntuhan yang tenggelam. "Tak boleh ada seorangpun yang mendapatkannya!! Itu milik Doffy!!!"
Sabo tak peduli, ia membuka paksa peti itu lalu mengambil buahnya, dan terakhir kembali berdiri ke satu titik arena yang masih tersisa.
"Semuanya keluar arena!! Akulah pemenangnya!!" ucap Sabo, Lucy.
"Eeh!?"
"Peraturannya bilang siapa yang mendapat ini maka ia pemenangnya, kan?" Sabo sudah menggenggam buah Mera Mera itu. "Sekarang ini milikku, kan?"
"Pe-Pemenangnya adalah!!! Kuda hitam terbesar dalam pertandingan ini... Lucy!!!!!!!!"
"Ukh..." Sabo menggigit sepotong buah itu, "Menjijikkan sekali!!" ucapnya. Yah, Buah Setan rasanya memang tidak enak.
"Senpai!!! Tolong aku!!!!!!" Bhartolomeo terjatuh namun Lucy hanya melompat dan menolong Rebecca saja.
"Kau laki-laki kan, selamatkan dirimu sendiri!" ucap Lucy.
"Kau... Siapa kau sebenarnya?" tanya Rebecca.
Lucy telah melepas semua alat penyamarannya.
"Namaku Sabo, anggota Pasukan Revolusi!"
"Bagaimana dengan Lucy yang sebelumnya?" tanya Rebecca lagi.
"Dia adalah bajak laut seharga 400 juta, dan orang yang suatu hari nanti akan menjadi Raja Bajak Laut, Mugiwara no Luffy!! Dia adalah adikku.."
Sabo kembali bersiap untuk melesatkan serangan dari atas sana, "Berpeganganlah yang erat aku akan kembali menyerang!"
Api muncul dari tangannya, "Ooh!! Benar-benar muncul api!! Panas!!" Sabo kaget.
Orang-orang pun ikut kaget.
"Dia memakan buah itu!?" ucap Burgess.
"Dia kan... Dari Pasukan Revolusi!?" ucap Diamante.
"Tidak, ternyata cuma imajinasiku.." ucap Sabo. "Apinya tidak panas, sekarang aku adalah api!! Ace, aku akan mengambil kekuatanmu!! Aku akan menjaga Luffy, yang telah kau selamatkan dengan mengorbankan hidupmu!!"
"Ace!! Ayo sama-sama kita cari kebebasan!!! Hiken!!!!" Sabo melesatkan tembakan api yang begitu dahsyat, melesat menerobos genangan air di kolesium sampai tembus ke ruang bawah tanah.
Ace berjanji untuk tidak pernah mati, dan sekarang, kekuatannya terus hidup di dalam diri Sabo.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar